Bahan pengawet yang sering digunakan pada produk pangan adalah natrium benzoat, salah satu contohnya adalah pada saus cabai. Jumlah natrium benzoat pada pangan harus diperhatikan karena berdasarkan Peraturan Kepala BPOM No. 36 Tahun 2013, batas maksimal penggunaan natrium benzoat pada pangan adalah 1 g/kg. Tujuan Mengidentifikasi natrium benzoat pada saus cabai yang dijual di beberapa pasar di Kota Padang. Metode Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Sampel diambil dengan teknik total sampling, ditemukan sebanyak 10 sampel sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Identifikasi kualitatif kandungan natrium benzoat dilakukan dengan menggunakan reaksi FeCl3 dan penetapan kadar natrium benzoat pada sampel dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Visible. Hasil Semua sampel saus cabai yang dijual di beberapa pasar di Kota Padang mengandung natrium benzoat kadar rata-rata 0,150 g/kg. Kadar natrium benzoat pada semua sampel 100% saus cabai diperbolehkan oleh BPOM ≤ 1 g/kg. Simpulan Semua sampel saus cabai yang diteliti mengandung natrium benzoat dengan kadar yang tidak melebihi batas maksimal yang telah ditetapkan. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Kesehatan Andalas. 2020; 9Supplement 1 Identifikasi Kualitatif dan Kuantitatif Natrium Benzoat pada Saus Cabai yang Dijual di Beberapa Pasar di Kota Padang Dara Afifah Azmi1, Elmatris2, Fachzi Fitri3 Abstrak Bahan pengawet yang sering digunakan pada produk pangan adalah natrium benzoat, salah satu contohnya adalah pada saus cabai. Jumlah natrium benzoat pada pangan harus diperhatikan karena berdasarkan Peraturan Kepala BPOM No. 36 Tahun 2013, batas maksimal penggunaan natrium benzoat pada pangan adalah 1 g/kg. Tujuan Mengidentifikasi natrium benzoat pada saus cabai yang dijual di beberapa pasar di Kota Padang. Metode Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Sampel diambil dengan teknik total sampling, ditemukan sebanyak 10 sampel sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Identifikasi kualitatif kandungan natrium benzoat dilakukan dengan menggunakan reaksi FeCl3 dan penetapan kadar natrium benzoat pada sampel dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Visible. Hasil Semua sampel saus cabai yang dijual di beberapa pasar di Kota Padang mengandung natrium benzoat kadar rata-rata 0,150 g/kg. Kadar natrium benzoat pada semua sampel 100% saus cabai diperbolehkan oleh BPOM ≤ 1 g/kg. Simpulan Semua sampel saus cabai yang diteliti mengandung natrium benzoat dengan kadar yang tidak melebihi batas maksimal yang telah ditetapkan. Kata kunci saus cabai, natrium benzoat, spektrofotometer UV-Visible Abstract Preservative that frequently used in food products is sodium benzoate, the example of food products was in chili sauce. The amount of sodium benzoate used in food must be considered because it is based on Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 36 Tahun 2013 that the maximum limit for the use of sodium benzoate in food is 1 g/kg. ObjectivesTo identifed sodium benzoate and its levels in chili sauce sold in several markets in Padang. Methods The type of this study was a descriptive study. The samples were taken by total sampling technique, ten samples were found according to the predetermined criteria. Qualitative identification of sodium benzoate was using FeCl3 reaction and sodium benzoate’s levels determination was using Spectrophotometer UV-Visible. Results All samples of chili sauce sold in several markets in Padang contained sodium benzoate average level 0,150 g/kg. Sodium benzoate’s levels in all samples 100% of chili sauce allowed by BPOM ≤ 1 g/kg. Conclusion All samples of chili sauce cointained sodium benzoate with levels that did not exceed the maximum limit. Keywords chili sauce, sodium benzoate, spectrophotometer UV-Visible Affiliasi penulis 1. Prodi Penddikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, Padang, Indonesia. 2. Bagian Kimia, Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, Padang, Indonesia. 3. Bagian Telinga, Hidung, dan Tenggorok, Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, Padang, Indonesia. Korespondensi Elmatris, Email anduringpepaya09 Telp 089611313345 PENDAHULUAN Pangan merupakan kebutuhan manusia. Tersedianya pangan yang cukup, aman, dan bergizi merupakan syarat utama yang harus terpenuhi untuk mewujudkan masyarakat yang Menurut Peraturan Kepala BPOM No. 36 tahun 2013 pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati, baik yang diolah maupun tidak diolah yang Jurnal Kesehatan Andalas. 2020; 9Supplement 1 diperuntukkan sebagai bahan makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan dan bahan baku Bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan dalam pangan untuk memengaruhi sifat atau bentuk pangan. Penggunaan bahan ini tidak untuk dikonsumsi secara Penggunaan bahan tambahan pangan meningkat pada beberapa tahun terakhir dengan komposisi terbesar terdapat pada makanan olahan pabrik dengan persentase sebesar 75%.3 Pengawet adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau peruraian lain terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Bahan pengawet biasanya digunakan untuk mengawetkan bahan pangan yang mudah rusak dan memilki fungsi untuk menjaga nutrisi makanan dan menambah daya simpan pangan. Pengawet yang banyak digunakan dipasaran adalah benzoat, seperti natrium benzoat karena kelarutannya lebih baik daripada bentuk yang Saus cabai adalah saus yang diperoleh dari mengolah cabai matang dan berkualitas dengan menggunakan bahan-bahan lain yang diizinkan sebagai bahan Pada awalnya saus cabai merupakan produksi rumahan tapi sekarang kebanyakan saus cabai diproduksi di pabrik. Bahan-bahan yang digunakan pada saus cabai hampir sama dengan saus tomat. Bahan utama pada saus cabai adalah cabai dan Natrium benzoat C7H5O2Na adalah garam natrium yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan Natrium benzoat lebih banyak digunakan pada produk makanan dan minuman karena stabilitas dan kelarutannya baik di Paparan natrium benzoat biasanya melalui makanan. Setelah masuk ke saluran cerna akan terjadi penyerapan natrium benzoat yang cepat. Setelah penyerapan melalui saluran pencernaan ataupun kulit, natrium benzoat akan dimetabolisme di hati melalui konyugasi dengan glisin dan menghasilkan asam hipuat. Asam hipurat dieksresikan melalui urin. Pada manusia, konsumsi natrium benzoat dengan dosis mencapai 160 mg/kgBB, 75-100% dari dosis tersebut akan dieksresikan dalam waktu 6 jam dan sisanya menetap selama 2-3 hari sebelum Konsumsi natrium benzoat dapat memengaruhi fungsi tubuh dan proses metabolik yang melibatkan glisin. Kejadian urtikaria, asma, rinitis, atau syok anafilaktik pernah dilaporkan terjadi pada orang dengan riwayat Batas aman penambahan natrium benzoat pada pangan diatur oleh berbagai organisasi di dunia. Menurut Food and Drug Administration, konsentrasi natrium benzoat yang aman pada makanan yaitu dibawah 0,1%, sedangkan menurut WHO adalah 5 mg/kgBB, dan menurut European Food Safety Authority dosis letal natrium benzoat adalah 2000 mg/ Menurut peraturan di Indonesia, batas maksimal kandungan natrium benzoat pada pangan adalah 1 g/ Pada penelitian menggunakan hewan, tidak ada efek iritasi pada kelinci yang diteliti, natrium benzoat hanya mengiritasi mata. Pada penelitian selama 90 hari menggunakan tikus yang diberikan berbagai dosis natrium benzoat melalui makanan, angka kematian tertinggi terdapat pada grup yang diberikan dosis tertinggi, yaitu natrium benzoat sebanyak 8%.8 Penelitian pada 2045 pasien di klinik kulit terdapat 5 orang yang memberikan reaksi positif pada patch test dan sebanyak 34 pasien dari 5202 pasien dengan urtikaria kontak bereaksi positif terhadap paparan natrium Dari hasil pengawasan yang dilakukan oleh BPOM di pasaran pada tahun 2017 terhadap barang impor, produk dari Tiongkok ditemukan mengandung pengawet benzoat melebihi batas maksimal yang ditetapkan pemerintah Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan di beberapa lokasi di Indonesia ditemukan hasil yang berbeda-beda dari penelitian yang dilakukan pada suatu produk yang mengandung natrium benzoat. Pada penelitian yang dilakukan oleh Maidah 2015 terhadap sampel kecap, ditemukan semua sampel tidak memenuhi syarat Pada penelitian yang dilakukan oleh Purwaningsih 2016 di Manado dengan sampel saus sambal pada restoran cepat saji ditemukan semua sampel mengandung natrium Jurnal Kesehatan Andalas. 2020; 9Supplement 1 benzoat tetapi tidak ada yang melebihi ambang batas Pada penelitian yang dilakukan oleh Akib 2014 di Makassar dengan sampel berupa saus cabai memberikan hasil semua sampel mengandung natrium benzoat dan 2 dari 4 sampel mengandung natrium benzoat lebih dari batas METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang memberikan gambaran dan uraian mengenai kandungan pengawet natrium benzoat secara kualitatif dan kuantitatif pada saus cabai yang dijual di beberapa pasar di Kota Padang. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan. Lokasi pengambilan sampel penelitian ini di Pasar Raya Padang, Pasar Alai, dan Pasar Siteba. Penelitian dimulai sejak bulan Oktober 2018 hingga April 2019 di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Sumatera Barat. Teknik pemeriksaan sampel menggunakan metode ekstraksi dengan dietil eter. Hasil dari ekstraksi tersebut dapat digunakan pada uji kualitatif dan kuantitatif. Pada uji kualitatif hasil ekstraksi dtambahkan FeCl3 5% beberapa tetes, jika memberikan endapan warna kecoklatan menandakan bahwa sampel mengandung natrium benzoat. Pada uji kuantitatif, metode yang digunakan adalah Spetrofotometer UV-Visible pada panjang gelombang 225,6 HASIL Penelitian ini dilakukan terhadap sampel saus cabai yang dijual di beberapa pasar di Kota Padang yang berjumlah 10 sampel. Sampel yang telah dikumpulkan selanjutnya diberi label dan dibawa ke UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Sumatera Barat untuk dilakukan identifikasi secara kualitatif dan kuantitatif. Lokasi pengambilan saus cabai yang dijadikan sampel, yaitu Pasar Raya Kota Padang, Pasar Alai, dan Pasar Siteba. Identifikasi Secara Kualitatif Tabel 1. Identifikasi senyawa natrium benzoat pada saus cabai yang dijual di beberapa pasar di Kota Padang Ket + = Mengandung natrium benzoat - = Tidak mengandung natrium benzoat = Produksi industri rumah tangga = Produk pabrik besar Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan hasil penelitian secara kualitatif bahwa semua sampel saus cabai yang diteliti positif mengandung natrium benzoat. Produsen saus cabai yang diteliti terbagi menjadi dua kelompok, yaitu produsen dari industri rumah tangga dan produsen dari pabrik perusahaan besar. Identifikasi Secara Kuantitatif Tabel 2. Kadar natrium benzoat pada saus cabai yang dijual di beberapa pasar di Kota Padang Ket Batas aman penggunaan natrium benzoat adalah 1 g/kg. = Produksi industri rumah tangga = Produk pabrik besar Jurnal Kesehatan Andalas. 2020; 9Supplement 1 Berdasarkan hasil penelitian secara kuantitatif didapatkan hasil bahwa kadar semua sampel saus cabai yang diteliti sesuai dengan kadar yang diperbolehkan oleh BPOM ≤1 g/kg dengan rata-rata 0,150 g/kg. Penggunaan nnatrium benzoat pada sampel yang diproduksi oleh industri rumah tangga cenderung lebih besar daripada sampel yang diproduksi di pabrik besar meskipun perbedaannya tidak terlalu besar. Distribusi Frekuensi Kadar Natrium Benzoat Pada Saus Cabai Tabel 3. Distribusi frekuensi kadar natrium benzoat pada saus cabai yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan oleh BPOM yang dijual di beberapa pasar di Kota Padang Diperbolehkan oleh BPOM ≤1 g/kg Tidak Diperbolehkan oleh BPOM >1 g/kg Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa kadar natrium benzoat pada semua sampel 100% saus cabai diperbolehkan oleh BPOM ≤1 g/kg. PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan ini pernah dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain, namun hasil penelitian ini ada yang sejalan dan tidak sejalan dengan penelitian lain. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwaningsih et al 2016 di Manado dimana semua sampel yang diteliti mengandung natrium benzoat dan tidak ada kadar natrium benzoat yang melebihi ambang batas Tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Akib 2014 di Makassar dimana semua sampel mengandung natrium benzoat dan ditemukan 2 dari 4 sampel yang diteliti mengandung natrium benzoat dengan kadar yang melebihi ambang batas Berdasarkan hal tersebut penelitian pada jenis makanan atau minuman lain yang memiliki kemungkinan ditambahkan natrium benzoat pada proses pembuatannya perlu dilakukan karena natrium benzoat sering digunakan sebagai bahan pengawet untuk produk minuman, buah, kue, jus buah, cuka, dan bumbu-bumbu Hasil penelitian pada penetapan kadar natrium benzoat pada sampel saus cabai yang diuji menunjukkan hasil yang hampir sama dengan rata-rata perbedaan kadar tiap sampel adalah 0,002 g/kg. penetapan kadar natrium benzoat pada suatu produk tertentu tidak pernah dilakukan, kecuali penetapan kadar batas aman natrium benzoat pada pangan, karena dari beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan kadar natrium benzoat yang bervariasi pada sampel yang diteliti. Penelitian yang dilakukan oleh Prasetyaningsih et al 2017 di Bandung pada beberapa jenis produk memberikan hasil rata-rata kadar natrium benzoat yang diteliti adalah 0,177 g/kg pada teh kemasan, 0,1478 g/kg pada saus cabai, dan 0,053 g/kg pada kecap Pada penelitian yang dilakukan oleh Rahasti 2008 tentang pengaruh konsentrasi natrium benzoat terhadap mutu pikel jahe selama penyimpanan dengan melakukan uji total plate count pada perlakuan natrium benzoat dengan konsentrasi 0; 0,1; dan 0,2 g/kg memberikan hasil pada konsentrasi natrium benzoat 0,1 g/kg sudah dapat menghambat pertumbuhan Dari penjelasan tersebut dapat disimpukan bahwa kadar natrium benzoat 0,1 g/kg sudah dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme, oleh karena itu jumlah penambahan natrium benzoat pada pangan dapat ditentukan oleh masing-masing produsen dengan mengingat batas aman penambahan pada masing-masing produk yang diproduksi. Penambahan natrium benzoat pada saus cabai berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan mikroorganisme dan memperpanjang masa Saus cabai terbuat dari bahan-bahan yang mudah membusuk seperti bawang putih, cabai merah, dan tomat. Selain itu saus cabai diproduksi dalam jumlah banyak di pabrik dan akan disimpan dalam waktu cukup lama pada toko yang menjualnya oleh karena itu penambahan pengawet sangat diperlukan pada produk Natrium benzoat merupakan pengawet yang paling sering digunakan pada produk makanan dan Jurnal Kesehatan Andalas. 2020; 9Supplement 1 minuman karena memiliki sifat antimikroba, toksisitasnya rendah, dan lebih efektif karena lebih larut dalam air. Natrium benzoat efektif pada lingkungan yang asam pada pH ≤4,5 dan tidak disarankan digunakan pada pH yang lebih Semakin rendah pH akan semakin meningkatkan efektifitas benzoat karena akan semakin banyak asam tidak terdisosiasi diproduksi. Asam yang tidak terdisosiasi ini akan mempermudah natrium benzoat untuk larut dalam membran sel mikroba dan menghasilkan ion hidrogen yang dapat menurunkan pH sel mikroba dan mengganggu metabolisme sel dan menyebabkan sel tersebut Konsumsi natrium benzoat dapat memengaruhi fungsi tubuh dan proses metabolik yang melibatkan glisin. Pada paparan natrium benzoat melalui oral, kulit, atau inhalasi terdapat laporan kejadian urtikaria, asma, rinitis, atau syok anafilaktik yang banyak terjadi pada orang dengan riwayat Oleh karena itu batas aman penambahan natrium benzoat pada pangan diatur oleh berbagai organisasi di dunia. Di Indonesia batas maksimal kandungan natrium benzoat pada pangan adalah 1 g/kg yang diatur oleh SIMPULAN Semua sampel saus cabai yang diteliti mengandung natrium benzoat dan semua sampel saus cabai yang diteliti tidak ada yang melebihi batas maksimal penggunaan natrium benzoat pada pangan. Distribusi frekuensi kadar natrium benzoat pada saus cabai yang dijadikan sampel penelitian yang diperbolehkan oleh BPOM adalah 100% karena semua sampel yang diteliti tidak melebihi batas maksimal yang ditentukan. SARAN Perlu dilakukan penelitian pada produk pangan lain yang memiliki kemungkinan mengandung natrium benzoat dan penelitian pada produk pangan produksi industri rumah tangga atau produksi pabrik lokal. Pengawasan saus cabai dan produk pangan lain yang mengandung natrium benzoat perlu dilakukan. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih peneliti sampaikan kepada UPTD Balai Laboratorium Kesehan Sumatera Barat dan seluruh pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu, Dan Gizi Pangan. 2. BPOM RI. Peraturan kepala badan pengawas obat dan makanan Republik Indonesia No. 36 Tahun 2013 tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan pengawet. 3. Linke BGO, Casagrande TAC, Cardoso LAC. Food additives and their health effects a review on preservative sodium benzoate. African J Biotechnol. 2018;1710306–10. 4. Prasetyaningsih Y, Ekawandani N, Fakhruddin M. Identifikasi kadar natrium benzoat pada beberapa merek teh kemasan, saos tomat, dan kecap. Jurnal TEDC. 2017;11185–9. 5. Purwaningsih I, Sudewi S, Abidjulu J. Analisis senyawa benzoat pada saus sambal di rumah makan ayam goreng cepat saji di Manado. J Ilm Farm. 2016;5348–56. 6. Hin LK, Zain SM, Abas MR, Mohd MA. Classification of chilli sauces multivariate pattern recognition using selected GCMS retention time peaks of chilli sauce samples. Malaysian J Anal Sci. 2008;121210–6. 7. Ren L, Meng M, Wang P, Xu Z, Eremin SA, Zhao J, et al. Determination of sodium benzoate in food products by fluorescence polarization immunoassay. Talanta. 2014;121136–43. 8. International Programme on Chemical Safety’s Concise International Chemical Assessment Documents. Number 26 Benzoic acid and sodium benzoate. 2000;39. 9. BPOM RI. Laporan tahunan badan pom 2017. 10. Maidah. Analisis kualitatif dan kuantitatif natrium benzoat, boraks, dan formalin dalam berbagai Jurnal Kesehatan Andalas. 2020; 9Supplement 1 makanan olahan yang terdapat di lingkungan sekolah dasar kecamatan tamalanrea kota makassar [skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin; 2015. 11. Akib H. Analisis kadar natrium benzoat pada saus cabe produksi kota makassar dengan metode spektrofotometri UV-VIS [skripsi]. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar; 2014. 12. Sangeetha. Analytical method development for sodium benzoate and its application to soft drinks and fruit juices [dissertation]. College of Pharmacy Sri Ramakrishna Institute of Paramedical Sciences; 2016. 13. Rahasti N. Pengaruh konsentrasi natrium benzoat terhadap perubaha mutu pikel jahe Zingiber officinale selama penyimpanan [skripsi]. Fakultas Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor; 2008. 14. WHO. Codex alimentarius regional standard for chilli sauce. 2017;9. 15. Ridwan D. Identifikasi kadar natrium benzoat pada manisan buah jambu biji psidium guajava yang dijual di kota padang [skripsi]. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas; 2017. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Purwaningsih Sri SudewiJemmy AbidjuluBenzoate is a preservative of food allowed by the Government of Indonesia, but should not exceed the concentration limits its in use. The aims of this research is to analyze and to determine the benzoate compounds content in chili sauce from fried chicken fast food restaurants in Manado. The identification of benzoate compounds was done using FeCl 3 which was characterized with the form of red brown sediment. Analysis of benzoate content using UV-Vis spectrophotometry method with wavelength of 274 nm. The results showed that four samples of chili sauce A, B, C and D were using preservative sodium benzoate in amount of 0,411, 0,454, 0,336 and 0,344 g/kg respectively. The amount of benzoate preservative in samples of chili sauce does not exceed the threshold set out by The Head of National Drug and Food Control Agency of the Republic of Indonesia in 2013 which is 1 g/ a preliminary work on the possibility of separating classes of chili sauces based on taste or customer preferences, organic compounds from different kinds of chili sauces of various brands were separated and analyzed by gas chromatography/mass spectrometry GC/MS. It was found that these organic compounds do form a basis for separation of different types of sauces. The similarity and dissimilarity of chromatograms due to the organic composition of the chili sauces were explored by multivariate pattern recognition techniques based on cluster analysis CA and principal component analysis PCA. Both CA and PCA results exhibit four linearly separable classes, namely general sauces, hot sauces, sauces with benzoic acid and sauces with garlic. It was concluded that by using chosen retention peaks in the chromatograms of various sauce samples as multivariate features, CA and PCA can be successfully used to reveal the natural clusters existing in chili sauces according to their organic Pemerintah Republik Indonesia No. 28 tahunPeraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu, Dan Gizi kepala badan pengawas obat dan makanan Republik Indonesia NoBpom RiBPOM RI. Peraturan kepala badan pengawas obat dan makanan Republik Indonesia No. 36Identifikasi kadar natrium benzoat pada beberapa merek teh kemasan, saos tomat, dan kecapIdentifikasi kadar natrium benzoat pada beberapa merek teh kemasan, saos tomat, dan kecap. Jurnal TEDC. 2017;111 kadar natrium benzoat pada saus cabe produksi kota makassar dengan metode spektrofotometri UV-VISH AkibAkib H. Analisis kadar natrium benzoat pada saus cabe produksi kota makassar dengan metode spektrofotometri UV-VIS [skripsi].Analytical method development for sodium benzoate and its application to soft drinks and fruit juices [dissertation]. College of Pharmacy Sri Ramakrishna Institute of Paramedical SciencesSangeethaSangeetha. Analytical method development for sodium benzoate and its application to soft drinks and fruit juices [dissertation]. College of Pharmacy Sri Ramakrishna Institute of Paramedical Sciences; konsentrasi natrium benzoat terhadap perubaha mutu pikel jahe Zingiber officinale selama penyimpananN RahastiRahasti N. Pengaruh konsentrasi natrium benzoat terhadap perubaha mutu pikel jahe Zingiber officinale selama penyimpananFakultas Teknologi PanganFakultas Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor; 2008.
Asambenzoat dan sodium benzoat atau yang dikenal dengan Natrium benzoat (C6H5COONa) secara luas dapat diterapkan sebagai bahan pengawet dalam sejumlah produk yang dikonsumsi oleh manusia (Ibekwe et al., 2007). 5. Reagen : a. NaOH 10% b. Larutan HCl c. Larutan NH3 d.
Sambal dalam kemasan sumber Bagi masyarakat Indonesia, makan tanpa sambal rasanya seperti sayur tak bergaram. Untuk memenuhi kebutuhan sambal di rumah, saat ini banyak produsen sambal yang menjual dalam bentuk kemasan. Meskipun sambal kemasan terbilang tahan lama, bagaimana cara mengawetkannya agar lebih tahan lama lagi? Sambal kemasan merupakan salah satu inovasi bisnis yang berkembang pesat. Pasalnya, makanan olahan lokal tersebut sudah menjadi salah satu kebutuhan pangan wajib yang harus ada di meja makan. Meskipun sambal kemasan sudah mengandung natrium benzoat sebagai pengawetnya, tak jarang banyak produk yang mulai berjamur.[1] Apalagi jika Anda meletakkannya di tempat secara terbuka. Untuk itu, Anda bisa melakukan beberapa cara agar sambal kemasan Anda bisa bertahan lebih lama. Tambahkan Aluminium Foil Sebelum Anda membeli sambal kemasan, perhatikan jenis wadah yang dipakai. Jika Anda membeli sambal kemasan botol plastik atau kotak plastik, maka Anda harus menambahkan aluminium foil sebagai pelapis bagian atasnya. Meskipun sambal kemasan sudah memiliki tutup botol sendiri, aluminium foil akan menjaga kandungan dan ketahanan sambal. Sehingga, sambal tidak mudah berjamur saat diletakkan di atas meja makan. Jika Anda memilih sambal kemasan dengan wadah kaca atau plastik tebal dengan warna agak gelap, maka Anda tidak perlu menambahkan aluminium foil. Hal ini karena kaca dan plastik kualitas premium sudah cukup bisa melindungi komposisi dan kualitas sambal. Sehingga, walaupun Anda meletakkannya di ruang dengan suhu normal, sambal tidak mudah berjamur. Tutup aluminium foil twitter risingpack Simpan Sambal di Lemari Pendingin Seperti yang kita ketahui, menyimpan bahan makanan di lemari pendingin akan lebih awet, termasuk sambal kemasan. Sambal kemasan siap saji bisa disimpan di lemari pendingin sebelum dipakai. Hawa yang sejuk dan suhu yang di bawah normal, akan membuat bakteri serta mikroorganisme pada sambal menjadi non reaktif. Bisa dibilang, ini adalah cara untuk memperlambat proses pembusukan. Sekadar tips, saat Anda memasukkan sambal kemasan ke dalam kulkas, sambal bisa diletakkan di wadah yang tertutup. Ini berlaku pada sambal kemasan pouch atau kemasan sachet. Sehingga, mau tak mau Anda harus memindahkan sambal sachet atau pouch ke dalam wadah lainnya. Namun, akan lebih baik jika Anda memindahkannya ke dalam toples atau botol sambal. Dipanaskan dan Dikemas Ulang Tidak semua sambal kemasan mengandung natrium benzoat, khususnya sambal rumahan. Bagi Anda yang membeli sambal kemasan homemade, sebaiknya Anda memperhatikan proses pengemasan dan komposisinya. Sambal yang 100% tidak mengandung MSG dan pengawet memang produk yang baik, namun produk seperti ini tidak bisa bertahan lama atau mudah berjamur. Supaya sambal kemasan seperti ini bisa tahan lebih lama, Anda tidak perlu menambahkan natrium benzoat. Cukup panaskan sambal pada api sedang selama 10 menit, dan masukkan ke dalam toples kaca yang sudah disterilkan. Cara mensterilkan wadah kaca tidaklah sulit, Anda hanya perlu merebus toples ke dalam air yang mendidih selama 3 menit. Setelah toples dalam keadaan suhu normal, masukkan sambal dan tutup wadahnya hingga rapat. Ilustrasi memanaskan sambal sumber Masukkan ke Wadah Kedap Udara Bagi Anda pencinta sambal, sayang sekali jika setelah membeli sambal kemasan namun dibiarkan begitu saja, apalagi untuk sambal sachet. Agar sambal tidak dihinggapi serangga atau berjamur, Anda perlu mengawetkannya. Cara mengawetkan sambal kemasan sachet memang ada banyak, salah satunya dengan mengemasnya kembali ke wadah kedap udara. Salah satu wadah kedap udara yang praktis dan murah, yaitu plastik klip. Plastik yang dilengkapi pengunci pada bagian atasnya tidak akan membuat udara masuk dengan mudah. Karena udara tidak mudah masuk, maka bakteri atau serangga dari luar juga tidak ikut hinggap di sambal. Ini yang membuat sambal menjadi lebih awet dan tahan lama. Itulah berbagai cara untuk mengawetkan sambal kemasan. Selain itu, bagi Anda yang suka menimbun sambal homemade di rumah, bisa mencoba meletakkannya di lemari pembeku. Sambal yang beku dengan tekstur keras juga lebih awet dan tahan lama. Untuk mengonsumsi sambal yang sudah dibekukan pun tidak sulit, Anda hanya perlu memanaskannya terlebih dahulu agar teksturnya lebih lembek. [1] Dewi, Kade Ayu Yasinta, dkk. 2019. Penetapan Kadar Pengawet Natrium Benzoat pada Sambal Kemasan secara Spektrofotometri UV-VIS. Jurnal Ilmiah Medicamento. Vol. 51 39-44. qYfrno.